Translate

Liza Aulia, Menyanyi dengan Hati

   
      KALIMAT bernyanyi dengan hati, sesungguhnya datang dari lelaki pendamping hidup Liza Aulia. Tiga kata dari Fahroel Muhadi, rupanya telah menyentuh perasaan perempuan kuning langsat dan berwajah tirus ini. Kata-kata itu juga yang telah menyemangati dan memberi kepercayaan dirinya setiap kali mau mentas. Semacam tenaga tambahanlah.
“Pesan itu diucapkan suami, ketika saya mau nyanyi di Auditorium RRI Banda Aceh, beberapa waktu lalu. Kebetulan suami saya bisa ke Banda Aceh dan ikut nonton. Lalu suami bilang, nyanyinya yang bagus ya, pakai hati,” ungkap pelantun single Kutiding ini, dalam suara kecil plus seperti biasa dengan gerak-gerik lemah-lembutnya. Namun tak bisa disembunyikan, dalam sinar mata Liza, tampak dia gembira dan bahagia dengan ucapan suaminya itu. Seperti ada ketenangan di sana.  
Ketika pesan normatif tersebut dilafaskan, itu adalah salah satu momen yang berkesan bagi Liza. Dia mengaku betapa besar pengaruhnya bagi dia, bila sang suami, ikut berkomentar dan menonton pementasannya. Apalagi hanya sekali-kali Fahroel bisa datang ke Banda Aceh, karena tugasnya sebagai salah seorang Instruktur Akademi Militer (Akmil) Magelang, sangat menyita waktu.
Jauh terpisah oleh pulau dan lautan tersebut, nyatanya merupakan bagian dari hari-hari Liza selama berkarir nyanyi di Banda Aceh, kendati suasana tak lengkap itu, mampu terminimalisir karena dapat memboyong sang buah cinta (Khansa Athifa Azalia, 4 tahun, dan Safa Alzena Azalia, 3 tahun), selama rekaman atau membuat clip di Aceh. 
Kesempatan dan jarak memang tak mudah bagi empat sekawan pimpinan  Fahroel itu. Belum lagi kehilangan waktu bersama. Namun, sesuai kesepakatan bersama, Liza pun harus menjalani rumah tangga dan karir menyanyi berbarengan, seseimbang-seimbangnya. Agar semua tetap dalam bingkai kebaikan.
Karena kondisi jarak dan waktu itu pula, tak heranlah untuk menyelesaikan satu album saja butuh waktu lebih dari setahun. Album pertama Liza, Kutiding direkam tahun 2005, di-lounching tahun 2007. Tentu saja dengan semua kompleksitas mekanisme pengerjaan sebuah produk rekaman. Apalagi menginginkan hasil karya yang berkualitas.
Sekarang Liza sedang ‘repot’ dengan album kedua Rihoun Meulambong (rekaman tahun 2010) dan sedang divideoclipkan mulai tahun 2012, dan baru selesai lima lagu dari sebelas lagu (karya Yacob Samalanga, Taufik Opay, Mahrizal Ruby, termasuk nomor Beuingat dari album terdahulu) yang akan diluncur ke pasar. Tetapi, belum ada bocoran kapan pula Rihoun Meulambong siap lounching. Yang jelas, menurut produsernya, clip Rihoun Meulambong, lebih spesial dari Kutiding, baik dari segi gambar maupun audionya. Lokasi syutingnya pun lebih bervariasi.
Menurut Liza, pembuatan album kali ini memang tidak seperti album pertamanya. Secara fisik dan psikis, memang tidak mudah, karena harus bolak-balik Banda Aceh-Magelang. “Untunglah suami saya support dan pengertiannya sangat besar,” kata Liza dalam senyum tipisnya.
Dia berharap album Rihoun Meulambong, bisa diterima masyarakat. Liza menginginkan akan terus bernyanyi untuk masyarakat Aceh. Tentu selama dia masih dipercaya dan disukai karyanya, selama orang Aceh masih menyukai lagu Aceh, selama masih ada restu suami.
Selebihnya, sekali-kali Liza tampil untuk perkumpulan orang Aceh di Yogyakarta, plus tak lupa bersumbangsih untuk acara kantoran di mana sang suami berdinas. Menurut rencana, Minggu malam ini, Liza muncul untuk penggemarnya dalam suatu even di wilayah Utara Aceh. Jadi tak saja sibuk syuting clip Rihoun Meulambong di seputaran Lhoknga dan Jantho, Aceh Besar, tapi juga sempat menyapa pengagumnya di Lhokseumawe

No comments:

Post a Comment